Social Icons

Pages

Pramuka Tak Sekadar Tepuk Tangan, Tapi Bisa Cegah HIV/AIDS


Vera Farah Bararah - detikHealth
Browser anda tidak mendukung iFrame


img
Pramuka (dok: Pramuka.or.id)
Jakarta, Selama ini pramuka dikenal sebagai kegiatan yang diisi dengan tepuk tangan dan nyanyi-nyanyi. Tapi sebenarnya bukan sekadar itu saja, karena pramuka juga bisa menjadi cara untuk mencegah HIV/AIDS.

Diketahui sebagian besar orang dengan infeksi HIV/AIDS adalah generasi muda yang berusia 20-29 tahun. Secara otomatis generasi muda ini akan memiliki produktivitas yang kurang, padahal mereka adalah harapan bangsa.

Salah satu pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan mengisi masa atau waktu senggang generasi muda ini melalui kegiatan dan aktivitas yang baik, salah satunya adalah ikut pramuka.

"Di balik tepuk tangan, bernyanyi dan main-main, ada nilai-nilai yang ditanamkan dalam kegiatan pramuka," ujar Prof Dr dr H Azrul Azwar, MPH, Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka dalam acara Getting To Zero 2015: Melindungi Keluarga dan Perempuan Indonesia dari Infeksi HIV/AIDS, Sanggupkah? di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Rabu (25/1/2012).

Prof Azrul menuturkan selain pencegahan melalui cara textbook, ada hal lain yang bisa dilakukan yaitu dengan mengisi waktu senggang anak muda melalui kegiatan positif bisa dengan cara gerakan pramuka.

"Kita harus membentuk karakter sehingga dalam dirinya terpatri tidak akan melakukan hal-hal yang merugikan dirinya sendiri," ujar Prof Azwar yang juga Guru Besar dari FKUI, Jakarta.

Hal ini karena tujuan pendidikan dari pramuka ini adalah membentuk karakter sehingga memiliki watak dan akhlak mulia, menanamkan rasa cinta dan semangat kebangsaan serta membekali kaum muda dengan berbagai keterampilan hidup.

"Kalau pramuka yang dilakukan bagus dan berhasil maka hasilnya akan terbentuk karakter kaum muda dengan nilai-nilai seperti yang diharapkan. Tidak hanya melindungi generasi muda tapi akan terbawa terus seumur hidupnya," ungkapnya.

Ketika mengikuti gerakan pramuka seseorang akan belajar dengan interaktif di alam terbuka, permainan yang menantang dengan nilai-nilai tertentu, ada unsur kompetitif serta di bawah bimbingan orang dewasa.

"Jika masa senggang anak muda ini terisi penuh, sibuk dengan kegiatan, jadi enggak ada waktu buat goda-godain anak, minum-minum. Gerakan ini bisa menjadi sesuatu yang menjanjikan," ujar Prof Azwar.

Prof Azwar menuturkan hasil dari gerakan ini bersifat jangka panjang. Meski begitu yang menentang hal ini juga banyak, dibilang pramuka 'jadul' (zaman dulu) dan ketinggalan zaman, hal itu karena orang-orang tersebut tidak mengerti tentang pramuka.
(ver/ir)
 (dok: Pramuka.or.id)